Nahdliyin Ngaji Aswaja, Bahas Syiah dan HTI

Sumenep, NU Online
Ahad (5/2), puluhan santri dan warga Nahdlatul Ulama mengikuti halaqah
Aswaja di pesantren Mathaliul Anwar lantai III, Pangarangan Sumenep.
Halaqah yang dikemas dengan pengajian dan dialog interaktif tersebut
menghadirkan Rais Syuriyah PCNU Jember, KH Muhyiddin Abdushshamad dan
Ketua LBM NU Jember, Gus Muhammad Idrus Ramli.

Peserta yang tampak didominasi berpakaian putih-putih antusias dan
khidmat menyimak penyampaian kedua narasumber tersebut. Yang menjadi
daya tarik mereka, penyampaian dua "macan Aswaja" Jawa Timur yang
telah keliling Indonesia untuk melakukan diskusi dan debat Aswaja,
tidak jauh dari fenomena keagamaan dewasa ini. Bahkan, Ust. Idrus,
panggilan Muhammad Idrus Ramli, secara khusus menawarkan apa yang
ingin diketahui peserta.

KH Muhyiddin Abdushshamad yang mendapat kesempatan bicara pertama
memaparkan panjang lebar tentang aliran Syiah; mulai dari asal usul
Syiah sampai peristiwa Syiah di Sampang, Madura.

"Syiah rukun imannya lima, syahadatnya ditambah wa asyhadu Ali wali
Allah," beber penulis buku Aqidah Ahlussunnah Wal Jamaah tersebut saat
menjelaskan perbedaan Aswaja dan Syiah.

Lebih lanjut, kiai yang telah menerbitkan buku ke-NU-an dan Aswaja,
membongkar penyimpangan-penyimpangan faham Syiah. Salah satunya yang
disebutkan, seperti tidak percaya kepada 12 imam dinyatakan kafir,
semua sahabat kafir kecuali tiga orang, Siti Aisyah pelacur, Ali bin
Abu Thalib mendapat wahyu, selain anak Syiah anak zina, Al Qur'an
mushaf ustmani palsu, jumlah ayat Al Qur'an 17.000, nikah muth'ah sama
dengan haji 70 kali, kedudukan imam lebih tinggi dari seorang nabi.

Lalu, ia juga membeberkan bantahan tersebut menurut Aswaja diserta
dengan referensi otoritatif dikalangan Aswaja, seperti Kitab Sullam
Taufiq dan Ihya' Ulumuddin. Juga menurut KH Hasyim Asy'ari yang
disarikan dari kitab At Tibyan karangan pendiri NU tersebut.

Namun, Rais Syuriah PCNU Jember tersebut tidak memberi kesimpulan
apakah Syiah sesat atau tidak. "Kesimpulannya ada pada kalian semua,
tapi apakah. Anda percaya kepada Syaikh Abdullah bin Husien dan Imam
Ghazali atau tidak," katanya sebelum mengakhiri pembicaraannya.

Beda dengan Kiai Muhyiddin, Ust. Idrus memaparkan tentang Hizbut
Tahrir. Penulis buku Hizbut Tahrir dalam Sorotan tersebut menjelaskan
panjang lebar seluk beluk HTI. Mulai dari sejarah pendiriannya sampai
radikalisme yang dilakukan HTI.

Fakta-fakta yang disodorkan alumni pesantren Sidogiri tersebut yang
diambil dari referensi otoritatif kalangan HTI membuat peserta haus
ilmu dan tidak merasa letih menyimak penyampaiannya sekalipun sampai
pukul 13.30.

Salah satu penyimpangan HTI yang disebutnya tidak percaya kepada qada'
dan qadar.

"HTI tidak percaya kepada qada' qadar karena tidak mendukung khilafah
islamiyah yang mereka akan bangun," tegasnya.

Selain itu, pengurus LTN NU Jawa Timur itu menjelaskan prospek masa
depan khilafah islamiyah di Indonesia di tengah negara-bangsa.


Redaktur : Mukafi Niam
Kontributor; M Kamil Akhyari

0 komentar:

Posting Komentar